Brigjen Basaria Panjaitan: Kisah Jenderal Polwan
Minggu, 01 September 2013 | 09:10 WIB

Brigjen Pol Basaria Panjaitan. Tempo/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Jakarta
- Selama ini imej polwan identik dengan kecantikan dan kelemahlembutan.
Penampilan para polwan membawakan acara panduan berlalu lintas di layar
kaca membuat persepsi publik soal polwan terbatas pada penampilan fisik
yang menarik saja. Padahal, keberadaan polwan jelas lebih dari itu. Sosok Brigjen Basaria Panjaitan bisa mewakili citra lain polwan. Dia adalah polwan dengan pangkat tertinggi saat ini. Basaria meneruskan tradisi jenderal polwan di tubuh Polri yang sudah dirintis Brigjen Jeanie Mandagi dan Brigjen Rumiah. Namun, karena Jeanie dan Rumiah sudah pensiun, kini dialah satu-satunya jenderal polwan yang ada.
Basaria Panjaitan kini bertugas sebagai pengajar (widyaiswara) pada Sekolah Staf dan Pimpinan Polri (Sespim) di Lembang, Bandung. Sepintas, dia tampak dingin dan kaku. Padahal, pembawaannya jauh dari kesan itu. Bawahannya tak pernah segan untuk menghubunginya dan berkeluh kesah soal berbagai urusan.
Basaria hanya tersenyum ketika ditanya soal itu. "Kalau sudah urusan tugas, enggak kenal siang malam, mereka selalu telepon saya,” katanya kepada Tempo, Jumat, 30 Agustus 2013. Biasanya Basaria hanya mendengarkan curhat anak buahnya, tapi itu pun sudah cukup untuk mereka.
AKBP Dewi Hartati, Wakil Kepala Sekolah Polwan, membenarkan kehebatan sepak terjang Basaria. Menurut dia, Ria–sapaan akrab Basaria—ditakuti karena sikap tegas dan tak pandang bulunya. “Dia tidak bisa diajak lobi-lobi," katanya.
Ke dalam, Basaria disegani anak buah karena dikenal lembut pada anak buah. “Anak buahnya jadi bisa bekerja tanpa tekanan dan bisa maksimal,” kata Dewi.
Sumber : https://m.tempo.co/read/news/2013/09/01/173509158/brigjen-basaria-panjaitan-kisah-jenderal-polwan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar