Jumat, 03 Februari 2017

Irjen Basaria Panjaitan Akan Bangun Sinergitas KPK Dengan Polri Dan Kejaksaan

 SELASA, 15 DESEMBER 2015 , 22:19:00 WIB |
 
 RMOL. Selama ini Komisi Pemberantasan Korupsi cenderung bergerak sendiri dalam penanganan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. Padahal UU 30/2002 mengamanatkan kepada lembaga antirasuah itu sebagai motor dalam melakukan supervisi koordinasi antartiga lembaga penegak hukum.

Demikian disampaikan calon pimpinan KPK Irjen Basaria Panjaitan saat menjalani fit and proper test di ruang Komisi III DPR RI, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (15/12).

Karena itulah, kalau terpilih menjadi pimpinan KPK, dia akan menekankan supervisi dengan Kepolisian dan Kejaksaan Agung.

"Pada KPK jilid dua, tiga tidak terjadi sinkron supervisi koordinasi antara KPK dan Polisi. Karena KPK fokus kerjakan tindakan represif daripada lakukan fungsi sebenarnya," ujar Basaria.

Staf ahli bidang Sosial Politik Kapolri itu menjelaskan di dalam melaksanakan tugasnya, KPK berfungsi sebagai trigger mechanism. Peran KPK harus sebagai pemicu dan pemberdaya institusi yang sudah ada dalam pemberantasan tindak pidana korupsi.

Salah satu contoh, dalam melakukan penyelidikan, bisa saja KPK menyerahkan kelanjutan proses penyelidikan ke Kepolisian dan Kejaksaan, begitupun sebaliknya.

"Kalau polisi menemukan kasus yang memerlukan kewenangan KPK, bisa saja kepolisian melimpahkan ke KPK. Setelah itu KPK bisa memberikan ke kepolisian dan jaksa. Sinergitas inilah yang harus dilakukan. Jadi harus ada pelaksanaan persamaan persepsi," tandas Basaria. [zul]

Sumber : http://www.rmol.co/read/2015/12/15/228296/Irjen-Basaria-Panjaitan-Akan-Bangun-Sinergitas-KPK-Dengan-Polri-Dan-Kejaksaan-

Jangan Ajak Basaria Panjaitan Bermain Lobi

JAKARTA, 1kata.com – Citra seorang polisi wanita (polwan) yang tidak bisa disuap dan tidak bisa diajak bermain lobi-lobian, memang melekat erat para diri calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (capim KPK) dari unsur Polri Brigjen Pol Basaria Panjaitan.
Ria, demikian wanita kelahiran Pematangsiantar, Sumatera Utara, 20 Desember 1957 biasa disapa, memiliki obsesi untuk terus berkarya dan mengabdikan dirinya pada bangsa. “Dia wanita kuat dan punya pandangan jauh ke depan. Dia layak masuk jadi capim KPK,” kata praktisi hukum Markoni Koto, di Jakarta, Jumat (10/7/2015).
Ia menyebutkan, selama menjalankan tugas di kepolisian, wanita ini selalu siap dihubungi anak buahnya siang dan malam dalam urusan tugas. “Kalau sudah urusan tugas, enggak kenal siang malam, ank buahnya selalu telepon dia,” katanya.
Basaria dinilai semua kalangan yang mengenalnya sebagai wanita yang selalu mengerjakan sesuatu pada porsinya. “Dalam kerja harus profesional, Basaria mengetahui kapan dirinya harus tampil dengan lembut, dan kapan harus bersikap tegas,” katanya.
Sikap itu, Basaria tunjukkan dalam perjalanan panjangnya sebagai anggota reserse. Basaria ditakuti banyak kalangan karena sikap tegas dan tak pandang bulunya. “Dia tidak bisa diajak lobi-lobi,” katanya.
Dan itu terbukti saat Basaria menjabat sebagai Direktur Reserse dan Kriminal Polda kepulauan Riau, pada 2007, ia pernah membongkar kasus penyelundupan mobil-mobil mewah yang melibatkan cukong-cukong besar dan aparat penyelenggara negara.
Dari sana, Basaria malang melintang di berbagai pos penugasan. Dia pernah menjadi Kepala Biro Logistik Polri, Kasatnarkoba di Polda NTT dan menjadi Direktur Reserse Kriminal Polda Kepulauan Riau. Dari Batam, Basaria ditarik ke Mabes Polri, menjadi penyidik utama Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim.
Saat ini, Basaria berniat ikut berpartisipasi dalam seleksi calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Melihat rekam jejaknya, jika terpilih kelak, tentu akan mengkhawatirkan bagi para koruptor. “Dia layak dan pantas jadi capim KPK,” katanya.

Sumber : http://www.1kata.com/jangan-ajak-basaria-panjaitan-bermain-lobi/

Basaria Panjaitan: KPK Tak Perlu Diberi Kewenangan Keluarkankan SP3

Jakarta, HanTer - Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (Capim KPK) Brigjen Pol Basaria Panjaitan tidak setuju dengan salah satu point yang diusulkan pemerintah dalam revisi Undang-Undang (RUU) No.30/2002 tentang KPK bahwa lembaga anti rasuah ini dapat mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3). Sebab, katanya, KPK dalam menetapkan seseorang menjadi tersangka sudah memiliki dua alat bukti yang kuat.

"‎KPK tidak perlu SP3, karena KPK dalam menetapkan tersangka sudah memiliki dua alat bukti dan ini harus hati-hati," kata Basaria dalam fit and proper test Capim KPK di Ruang Rapat Komisi III DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (15/12/2015).

Dia menambahkan, KPK juga dapat menyerahkan proses penyidikan ke kepolisian dan kejaksaan. Sehingga, tegasnya, KPK tidak perlu diberikan kewenangan dapat mengeluarkan SP3. Belum lagi, KPK memang diberi kewenangan lebih daripada kepolisian dan kejaksaan, yakni kewenangan tidak dapat mengeluarkan SP3. ‎"Proses penyidikan boleh diserahkan ke kepolisian ke Jaksa," pungkasnya.

Sumber : http://nasional.harianterbit.com/nasional/2015/12/15/50566/25/25/Basaria-Panjaitan-KPK-Tak-Perlu-Diberi-Kewenangan-Keluarkankan-SP3 

Irjen Pol Basaria Panjaitan Terpilih Jadi Pimpinan KPK Periode 2015-2019

Tribratanewsmakassar.com – Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia akhirnya memilih pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi periode 2015-2019, melalui mekanisme voting, Kamis (17-12-2015).

Hasil voting menyatakan Inspektur Jenderal Polisi Basaria Panjaitan masuk dalam lima besar pimpinan KPK pilihan Komisi III DPR RI.
"Yang terpilih berdasarkan voting Komisi III DPR RI berkaitan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi, pertama Alexander Marwata, kedua Saut Situmorang, ketiga Irjen Polisi Basaria Panjaitan, keempat Agus Rahardjo, dan kelima La Ode Muhammad," kata Ketua Komisi III DPR RI, Azis Syamsuddin, membacakan hasil voting.
Dengan demikian bisa dipastikan pimpinan KPK untuk empat tahun ke depan adalah nama-nama baru. Dan sejarah baru pimpinan KPK telah tercipta dengan masuknya Irjen Pol Basaria Panjaitan sebagai perempuan pertama yang jadi pimpinan KPK.
Berikut perolehan suara pemilihan pimpinan KPK di Komisi III DPR RI:
1. Agus Rahardjo: 53 suara
2. Irjen Pol Basaria Panjaitan: 51 suara
3. Alexander Marwata: 46 suara
4. La Ode Muhammad: 37 suara
5. Saut Situmorang: 37 suara
6. Johan Budi SP: 25 suara
7. Robby Arya Bharata: 14 suara
8. Sujanarko: 3 suara
9. Busyro Muqoddas: 2 suara
10. Surya Tjandra: – 

(Tribratanews.com)

Sumber : http://tribratanewsmakassar.com/news/kegiatan-sosial/irjen-pol-basaria-panjaitan-terpilih-jadi-pimpinan-kpk-periode-20152019.html

 Basaria Panjaitan Jadi Polwan Pertama Berpangkat Bintang Dua 

 
Basaria Panjaitan pun kini menjadi anggota Polri yang dicanangkan untuk menjadi calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (Capim KPK). Mantan Widya Iswara di Lemdikpol ini pun berharap, kenaikan pangkatnya menjadi teladan bagi polisi wanita lainnya untuk tetap berprestasi.
“Jadi harus bekerja dan belajar lebih giat lagi,” ujar Basaria Panjaitan di Aula Rupatama Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (21/10/2015).
Kapolri Badrodin mengingatkan kepada Basaria Panjaitan, jika nanti terpilih sebagai komisioner KPK harus meletakkan jabatannya di Polri dan alih status menjadi pegawai negeri. “Beliau kalau nanti resmi terpilih, ya harus mengundurkan diri,” jelas Badrodin.

Sumber : http://pojoksatu.id/news/2015/10/21/basaria-panjaitan-jadi-polwan-pertama-berpangkat-bintang-dua/


Basaria Panjaitan, Polwan Pertama Jenderal Bintang Dua

Basaria Panjaitan memecahkan rekor sebagai Polisi Wanita (Polwan) pertama di Polri dengan pangkat jenderal bintang dua. Perempuan Batak ini dinaikkan pangkatnya dari Brigadir Jenderal (Brigjen) menjadi Inspektur Jenderal (Irjen) oleh Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, Rabu (21/10).
Kenaikan pangkat Calon Pimpinan (Capim) KPK ini berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor: 81/ Polri RI/ Tahun 2015 dan Surat Telegram Kapolri Nomor: STR/843/X/2015 tertanggal 20 Oktober 2015.
Selain Basaria Panjaitan, 16 perwira tinggi (pati) Polri lainnya juga naik pangkat, termasuk Brigjen Pol Coki Manurung, Dir Pemberdayaan Alternatif Deputi Bid Pemberdayaan Masyarakat BNN. Penyematan kenaikan pangkat tersebut dilakukan di Gedung Rupatama Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, langsung Kapolri Jenderal Badrodin Haiti.
Irjen Pol Basaria Panjaitan SH, MH, lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara, 20 Desember 1957 adalah seorang perwira tinggi Polri yang sejak 3 September 2015 mengemban amanat sebagai Sahlisospol Kapolri.
Sarjana Hukum lulusan Sepamilsukwan Polri I Tahun Angkatan 1983/1984 ini berpengalaman dalam bidang reserse. Basaria adalah Kabag serse Narkoba Polda NTB (1997 - 2000), Kabag Narkoba Polda Jabar (2000 - 2004), Dirserse Kriminal Polda Kepri (2006 - 2008). Jenderal bintang dua ini sebelumnya menjabat sebagai Kapusprovos Divpropam Polri (2009), Karo Bekum SDelog Polri (2010), Widyaiswara Madya Sespim Polri Lemdikpol.
Basaria masuk Sekolah Calon Perwira (Sepa) Polri di Sukabumi dan ditempa di sana. Lulus sebagai polwan berpangkat Ipda, Basaria langsung ditugaskan di Reserse Narkoba Polda Bali.
Dari sana, Basaria malang melintang di berbagai pos penugasan. Dia pernah menjadi Kepala Biro Logistik Polri, Kasatnarkoba di Polda NTT dan menjadi Direktur Reserse Kriminal Polda Kepulauan Riau. Dari Batam, Basaria ditarik ke Mabes Polri, menjadi penyidik utama Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim.  (DBS)

Sumber : http://harianandalas.com/kanal-aneh-tapi-nyata/basaria-panjaitan-polwan-pertama-jenderal-bintang-dua

Terpilihnya Basaria Panjaitan, Kapolri Berharap KPK dan Kapolri Tetap Erat



Radarpolitik.com, Jakarta – Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti mengakui hubungan antara institusinya dan Komisi Pemberantasan Korupsi perlu dipererat. Dia berharap Inspektur Jenderal Basaria Panjaitan yang terpilih sebagai salah satu pimpinan komisi antikorupsi bisa membenahi hal tersebut.
Kapolri juga yakin Basaria bisa membawa KPK menjadi lebih hebat dan lebih maju dalam pemberantasan korupsi. Secara umum, menurut Badrodin, semua calon pimpinan KPK terpilih juga tentu sudah memenuhi standar kompetensi yang disyaratkan.
“Pesannya kami bisa bekerjasama lebih erat, lebih sinergi di dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi. Karena semuanya pimpinan KPK sangat berintegritas dan sudah melalui tahapan seleksi, sudah memenuhi standar kompetensi yang disyaratkan, dikirim ke DPR dan dipilih lima orang. Saya selaku mitra KPK tentu mengucapkan selamat,” kata Kapolri di Jakarta, Jumat (18/12), seperti dikutip Halloapakabar.com.
Kapolri berharap hubungan antara Polri dan KPK ke depannya tidak hanya sebatas kerjasama nota kesepahaman. Menurutnya, perlu ada interaksi di luar batasan-batasan itu agar kedua institusi dapat lebih bersinergi. “Harus lebih keras karena kerja sama itu, sinergi itu perlu ada interaksi, kerja sama, ada saling kepercayaan tidak hanya pimpinan tapi juga pelaksana sampai di bawah,” ungkapnya.
Mengenai keanggotaan Basaria, Badrodin menjelaskan anak buahnya itu tidak bisa lagi menyandang status perwira tinggi Korps Bhayangkara. Sebagai pimpinan KPK, polisi wanita pertama berpangkat bintang dua itu harus mengundurkan diri dari Polri.  Namun, hingga kini perempuan yang semalam dipilih Komisi Hukum DPR sebagai pimpinan KPK itu belum memberikan surat pengunduran diri.
Lima pimpinan KPK sudah dipilih oleh Komisi III DPR tadi malam. Mereka adalah mantan Kepala Lembaga Kebijakan Barang dan Jasa Pemerintah Agus Rahardjo yang menjadi Ketua KPK setelah memperoleh suara tertinggi sebanyak 53 suara dan Basaria yang memperoleh 51 suara.
Tiga pimpinan terpilih lainnya adalah Hakim Adhoc Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Alexander Marwata (45 suara), Dosen Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar Laode Muhammad Syarif (37 suara), dan Staf Ahli Kepala Badan Intelijen Negara Thony Saut Situmorang (36 suara).
Mengomentari terpilihnya lima orang ini, Wakil Ketua KPK Bidang Penindakan Periode 2007-2011 Inspektur Jenderal (Purnawirawan) Bibit Samad Rianto menyebut keberadaan Basaria harus membawa dampak positif bagi hubungan KPK dengan Polri. “Semoga dengan ada unsur polisi jadi lebih baik, asal jangan didikte karena bagaimana pun sekarang sudah menjadi bagian dari KPK,” kata Bibit.
Bibit mengatakan, hubungan antara KPK dengan Polri harmonis saat Korps Bhayangkara dipimpin oleh Jenderal (Purn) Sutanto. Namun keadaan menjadi berbalik setelah kepemimpinan Sutanto digantikan oleh Jenderal (Purn) Bambang Hendarso Danuri yang dilantik pada 30 September 2008. “Saat Polri dipimpin Pak Tanto kami baik-baik saja, setelah itu, kita tahu mulai ada istilah Cicak vs Buaya,” ujarnya. (ded/rdp)

Sumber : http://radarpolitik.com/terpilihnya-basaria-panjaitan-kapolri-berharap-kpk-dan-kapolri-tetap-erat